Mimpi Tak Terbalas

Suatu malam aku bermimpi.

Aku sedang bersama teman-temanku sedang entah berkemah entah sedang menginap di rumah temanku, aku lupa. Hmm … bahkan siapa saja yang ada waktu itu aku juga lupa. Waktu itu malam, kami hendak tidur dan satu-persatu mulai tidur. Hingga akhirnya menyisakan diriku yang entah sedang apa waktu itu.

Aku tak mengerti apa yang sedang ku pikirkan saat itu. Pikiranku kosong, tubuhku begitu ringan. Aku tak ingat sedang ngefly karena narkoba. Mungkin saat itu aku tengah mengantuk, mungkin juga tidak. Saat itu aku tengah tertidur, juga tengah terbangun. Pikiranku masih bangun, tapi tubuhku tengah tertidur. Aku tak bisa menggerakkan tubuhku sesuai dengan kehendakku. Aku hanya bisa menyaksikan apa yang tubuhku lakukan saat itu. Mengingatnya saja sudah membuatku merinding.

Dengan ringan tangan aku menjejalkan sebilah pisau ke dalam mulut salah satu temanku yang sedang tertidur. Demi merasakan rasa sakit yang luar biasa, temanku itu pun terbangun dan langsung mengangkat kepalanya. Berkat itu aku tak perl bersusah payah menusukkan pisau ke dalam mulutnya. Temanku tewas seketika.

Tak berhenti di situ aku berjalan menuju temanku yang satunya. Mungkin jika ku tulis aku akan jadi ambigu, tapi memang tubuhku yang melakukan semua itu. Sesampainya aku di hadapan temanku yang tengah tertidur, aku mencubit pahanya dengan keras sehingga temanku bangun seraya berteriak. Tanpa menunggu, aku pun menggorok tenggorokkannya hingga ia tak bernafas lagi.

Salah seorang temanku terbangun karena teriakkan temanku yang barusan ku gorok lehernya. Karena gelap, ia tak melihat aku yang berlumuran darah. Ia hanya bangun dengan kebingungan karena mencium bau amis yang tak wajar. Ah, kasihan ia. Aku menghunuskan pisauku tepat ke dahinya. Matanya melotot seketika. Tanpa bisa mencerna apa yang tengah terjadi, ia pun kembali terjatuh ke tempatnya tidur.

Seusai itu, aku pun mandi, juga membersihkan diriku lalu benar-benar tidur.

Memang mimpi yang menyeramkan, tapi yang membuat diriku ketakutan setengah mati bukanlah mimpi tersebut, melainkan diriku yang tersenyum kegirangan meski bukan diriku yang menggerakkan tubuhku. Mengingatnya saja membuatku merinding.

Leave a comment